Rahmat dan Azab
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum.
Rezeki kita di dunia pasti sudah ada yang menentukan sejak kita berada di dalam kandungan. Dari seberapa banyaknya, habisnya kapan, dan kita gunakan untuk kebaikan atau keburukan nantinya. Siapa yang menentukan itu semua? Sudah pasti Allah SWT. Apakah rezeki yang diberikan kepada kita itu hanya uang saja? Jawabnya, tidak! Karena kita terlahir di dunia saja sudah termasuk rezeki dari Allah. lalu apalagi selain itu? Udara, tumbuhan, air, dan masih banyak lagi yang jumlahnya tak terhingga.
Rahmat dan Azab
Air hujan juga merupakan rezeki, apakah air hujan itu? Air hujan air yang turun dari langit, air yang mengandung mineral-mineral yang mempunyai sifat menyuburkan tanah. Karenanya hujan nmerupakan rahmat dari Allah. Kadangkala karena kebesaran Allah, hujan diturunkan oleh Allah sebagai azab, untuk mengingatkan kepada kita yang tidak taat pada Allah. Hujan sebagai rahmat dengan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Akan tetapi manusia cenderung mempunyai sifat dengan banyak keinginan, kadangkala karena ada sesuatu hal yang menurut kita penting, kita tidak menghendaki turunnya hujan. Sehingga hujan diupayakan untuk dihentikan ataupun di pindah ke daerah lain. Padahal hujan turun di tempat kita itu bukan hanya untuk kita saja, tetapi juga mahkluk lain seperti tumbuhan dan hewan yang tidak mungkin kita yang memberi mereka air.
Pawang Hujan
Keberhasilan suatu usaha untuk memindahkan hujan maupun menghentikannya, semuanya ditentukan oleh Allah. Dalam bahsa keseharian kita sering menyebutkan, orang yang menghentikan atau memindahkan hujan disebut dengan pawing hujan. Memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lain merupakan suatu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah, manusia hanyalah berusaha untuk mencapai tujuannya. Dalam agama Islam diperbolehkan untuk memohon kepada Allah untuk tidak menurunkan hujan apabila hujan tersebut dapat mendatangkan kemadharatan bagi manusia di wilayah tersebut.
"Dan tidak ada dosa atas kamu meletakkan senjata-senjatamu jika kamu mendapat sesuatu kesukaran karena hujan atau kamu sedang sakit dan siap siagalah kamu." (QS. an-Nisa: 102)
"Dan kami turunkan hujan (hujan azab) kepada mereka, maka perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang berdosa." (QS. al-A'raf: 84)
Pawang hujan bukan salah satu upaya untuk menghentikan hujan akan tetapi meminta dan berdoa pada yang Maha kuasa untuk menggeser hujan agar jatuhnya agak ke pinggir-pinggir. Bukan di lokasi yang mestinya jatuhnya hujan, kegunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujannya mendatangkan mudharat. Pemindahan hujan lebih ditekankan sebagai usaha manusia untuk memenuhi suatu keinginan dengan tetap memohon kepada Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta ini.
Memindahkan Hujan dalam Islam
Memindahkan hujan dalam agama Islam, tetap memperhatikan apa tujuannya sangat mendesak, sangat penting dan tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar, selain itu juga memperhatikan kondisi lingkungan, apa memungkinkan hujan dipindahkan ke daerah lain. Kesemua usaha tersebut juga diimbangi dengan memanjatkan doa untuk memohon kepada Allah.
Dalam suatu riwayat Bukhari-Muslim disebutkan bahwa, konon kami tidak melihat gumpalan antara kami dan sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas runah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari Sabtu kami tidak melihat matahar, kemudian datang seorang pada hari jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, orang itu mengadu kepada Nabi:" Ya Rasulullah binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami", Nabi bersabda: "Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tangan-Nya sambil berdo'a: "Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini di atas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan)". (HR. Bukhari-Muslim)
Hikmah
Beberapa hal yang dapat dijadikan hikmah, bahwa untuk memindahkan hujan haruslah diperhitungkan dengan matang dengan ketentuan syarat-syarat sebagai berikut:
Meneliti terlebih dahulu kondisi langit
Hujannya memberi mudharat
Memohon kepada Allah
Tawassul kepada Nabi Muhammad saw
Memindahkan hujan pada tempat lain seperti pegunungan, lembah-lembah atau hutan dengan berdoa kepada Allah.
Memohon memberhentikan hujan di sisi lain berarti menolak rahmat Allah yang dibutuhkan oleh semua alam seperti: manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan dan bumi dan menghambat permohonan manusia yang sedang menjalankan Istisqa sesungguhnya hanya Allah yang dapat memberhentikan hujan. Akan tetapi memberhentikan hujan ini juga sebagai upaya dalam menghindari manusia dan alam dari ancaman bahaya yang lebih mengancam sehingga membawa kerugian yang lebih besar.
Sebagaimana kasus yang sekarang terjadi di daerah bencana lumpur Lapindo. Tim ahli penanggulangan bencana dan masyarakat di sekitarnya lebih menginginkan tidak turun hujan di daerah sumber bencana, karena hujan lebat dapat meneyebabkan tanggul-tanggul tanah penahan lumpur akan mudah hancur/jebol tergerus oleh air hujan yang turun tiap hari dengan volume berjuta-juta ton. Selama itu ancaman banjir akan terjadi karena sungai yang semakin dangkal, yang disebabkan buangan lumpur ke sungai-sungai di sekitarnya. Karenanya salah satu usaha yang dilakukan dengan memohon dan berdoa kepada Allah untuk memindakan hujan ke daerah lain misalnya gunung atau lautan.
"Maka aku berkata: Minta ampunlah kepada Tuhan kamu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan hebat". (QS Nuh: 10-11)
Obrolan dalam masyarakat sering menyebutkan, mengapa kita tidak menggunakan jasa pawang hujan dalam mengatasi banjir ataupun kekeringan yang terjadi dalam masyarakat akhir-akhir ini. Haruslah kita tekankan bahwa turun atau tidak turunnya hujan semua berada dalam ketentuan Allah, sebagai manusia begitu juga pawang hujan, kita hanyalah memohon melalui doa untuk memindahkan hujan yang akan turun dalam suatu wilayah, dan untuk mencegah terjadinya banjir adalah lebih ditekankan pada upaya manusia untuk lebih dapat menjaga kelestarian lingkungannya.
Kita harus bersyukur akan adanya rahmat dan azab dari datangnya hujan yang diberikan Allah. Karena dengan kita bersyukur kita akan selalu merasa dekat dengan Allah.
Wassalamualaikum.
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum.
Rezeki kita di dunia pasti sudah ada yang menentukan sejak kita berada di dalam kandungan. Dari seberapa banyaknya, habisnya kapan, dan kita gunakan untuk kebaikan atau keburukan nantinya. Siapa yang menentukan itu semua? Sudah pasti Allah SWT. Apakah rezeki yang diberikan kepada kita itu hanya uang saja? Jawabnya, tidak! Karena kita terlahir di dunia saja sudah termasuk rezeki dari Allah. lalu apalagi selain itu? Udara, tumbuhan, air, dan masih banyak lagi yang jumlahnya tak terhingga.
Rahmat dan Azab
Air hujan juga merupakan rezeki, apakah air hujan itu? Air hujan air yang turun dari langit, air yang mengandung mineral-mineral yang mempunyai sifat menyuburkan tanah. Karenanya hujan nmerupakan rahmat dari Allah. Kadangkala karena kebesaran Allah, hujan diturunkan oleh Allah sebagai azab, untuk mengingatkan kepada kita yang tidak taat pada Allah. Hujan sebagai rahmat dengan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Akan tetapi manusia cenderung mempunyai sifat dengan banyak keinginan, kadangkala karena ada sesuatu hal yang menurut kita penting, kita tidak menghendaki turunnya hujan. Sehingga hujan diupayakan untuk dihentikan ataupun di pindah ke daerah lain. Padahal hujan turun di tempat kita itu bukan hanya untuk kita saja, tetapi juga mahkluk lain seperti tumbuhan dan hewan yang tidak mungkin kita yang memberi mereka air.
Pawang Hujan
Keberhasilan suatu usaha untuk memindahkan hujan maupun menghentikannya, semuanya ditentukan oleh Allah. Dalam bahsa keseharian kita sering menyebutkan, orang yang menghentikan atau memindahkan hujan disebut dengan pawing hujan. Memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lain merupakan suatu bukti kekuasaan dan kebesaran Allah, manusia hanyalah berusaha untuk mencapai tujuannya. Dalam agama Islam diperbolehkan untuk memohon kepada Allah untuk tidak menurunkan hujan apabila hujan tersebut dapat mendatangkan kemadharatan bagi manusia di wilayah tersebut.
"Dan tidak ada dosa atas kamu meletakkan senjata-senjatamu jika kamu mendapat sesuatu kesukaran karena hujan atau kamu sedang sakit dan siap siagalah kamu." (QS. an-Nisa: 102)
"Dan kami turunkan hujan (hujan azab) kepada mereka, maka perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang berdosa." (QS. al-A'raf: 84)
Pawang hujan bukan salah satu upaya untuk menghentikan hujan akan tetapi meminta dan berdoa pada yang Maha kuasa untuk menggeser hujan agar jatuhnya agak ke pinggir-pinggir. Bukan di lokasi yang mestinya jatuhnya hujan, kegunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujannya mendatangkan mudharat. Pemindahan hujan lebih ditekankan sebagai usaha manusia untuk memenuhi suatu keinginan dengan tetap memohon kepada Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta ini.
Memindahkan Hujan dalam Islam
Memindahkan hujan dalam agama Islam, tetap memperhatikan apa tujuannya sangat mendesak, sangat penting dan tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar, selain itu juga memperhatikan kondisi lingkungan, apa memungkinkan hujan dipindahkan ke daerah lain. Kesemua usaha tersebut juga diimbangi dengan memanjatkan doa untuk memohon kepada Allah.
Dalam suatu riwayat Bukhari-Muslim disebutkan bahwa, konon kami tidak melihat gumpalan antara kami dan sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas runah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari Sabtu kami tidak melihat matahar, kemudian datang seorang pada hari jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, orang itu mengadu kepada Nabi:" Ya Rasulullah binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami", Nabi bersabda: "Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tangan-Nya sambil berdo'a: "Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini di atas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan)". (HR. Bukhari-Muslim)
Hikmah
Beberapa hal yang dapat dijadikan hikmah, bahwa untuk memindahkan hujan haruslah diperhitungkan dengan matang dengan ketentuan syarat-syarat sebagai berikut:
Meneliti terlebih dahulu kondisi langit
Hujannya memberi mudharat
Memohon kepada Allah
Tawassul kepada Nabi Muhammad saw
Memindahkan hujan pada tempat lain seperti pegunungan, lembah-lembah atau hutan dengan berdoa kepada Allah.
Memohon memberhentikan hujan di sisi lain berarti menolak rahmat Allah yang dibutuhkan oleh semua alam seperti: manusia, hewan, tumbuhan-tumbuhan dan bumi dan menghambat permohonan manusia yang sedang menjalankan Istisqa sesungguhnya hanya Allah yang dapat memberhentikan hujan. Akan tetapi memberhentikan hujan ini juga sebagai upaya dalam menghindari manusia dan alam dari ancaman bahaya yang lebih mengancam sehingga membawa kerugian yang lebih besar.
Sebagaimana kasus yang sekarang terjadi di daerah bencana lumpur Lapindo. Tim ahli penanggulangan bencana dan masyarakat di sekitarnya lebih menginginkan tidak turun hujan di daerah sumber bencana, karena hujan lebat dapat meneyebabkan tanggul-tanggul tanah penahan lumpur akan mudah hancur/jebol tergerus oleh air hujan yang turun tiap hari dengan volume berjuta-juta ton. Selama itu ancaman banjir akan terjadi karena sungai yang semakin dangkal, yang disebabkan buangan lumpur ke sungai-sungai di sekitarnya. Karenanya salah satu usaha yang dilakukan dengan memohon dan berdoa kepada Allah untuk memindakan hujan ke daerah lain misalnya gunung atau lautan.
"Maka aku berkata: Minta ampunlah kepada Tuhan kamu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan hebat". (QS Nuh: 10-11)
Obrolan dalam masyarakat sering menyebutkan, mengapa kita tidak menggunakan jasa pawang hujan dalam mengatasi banjir ataupun kekeringan yang terjadi dalam masyarakat akhir-akhir ini. Haruslah kita tekankan bahwa turun atau tidak turunnya hujan semua berada dalam ketentuan Allah, sebagai manusia begitu juga pawang hujan, kita hanyalah memohon melalui doa untuk memindahkan hujan yang akan turun dalam suatu wilayah, dan untuk mencegah terjadinya banjir adalah lebih ditekankan pada upaya manusia untuk lebih dapat menjaga kelestarian lingkungannya.
Kita harus bersyukur akan adanya rahmat dan azab dari datangnya hujan yang diberikan Allah. Karena dengan kita bersyukur kita akan selalu merasa dekat dengan Allah.
Wassalamualaikum.